Pantaskah Erick Thohir Masuk dalam Kabinet Prabowo

Pergerakanrakyat.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Jaringan Rakyat Andy mempertanyakan kinerja Menteri BUMN Erick Thohir selama memimpin kementerian  kurun waktu 5 (lima) tahun kebelakang,  dengan 91 perusahaan plat merah dibawah kendalinya, Senin (14/10/224).

“Banyak permasalahan diperusahaan BUMN yang belum terselesaikan mulai dari hutang, aset yang terbengkalai sampai pendudukan lahan perusahaan oleh okupan yang tak kunjung selesai” jelas aktivis berdomisili di kota hujan ini.  

Seirama, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudistira menilai Erick Thohir tidak pantas untuk kembali menjabat menteri pada pemerintahan Prabowo Subianto.

Saat ini, Erick masih menjabat Menteri BUMN pada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.

“Erick sepertinya tidak layak jadi Menteri di era Prabowo, karena terlalu banyak PR (pekerjaan rumah, red) yang ditinggalkan,” kata Bhima kepada awak media dikutip Minggu (13/10).

Dia beralasan Erick selama menjabat menteri tidak bisa menyelesaikan masalah keuangan di BUMN karya atau terkait infrastruktur.

Baca Juga: Ketahanan Pangan di Ujung Tanduk, PT BCN Jadi Biang Keladi 

“Erick Thohir masih dipandang gagal dalam menyelesaikan masalah keuangan di BUMN yang terkait dengan infrastruktur,” kata Bhima.

Dia kemudian mengungkapkan total kerugian PT. Waskita Karya yang menjadi BUMN sektor infrastruktur, menembus Rp 2,15 triliun pada semester I 2024.

“Diikuti oleh BUMN karya lain yang bleeding (berdarah, red) karena besarnya beban utang,” ujar Bhima. 

Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga mengatakan Erick tidak bisa bersikap pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Baca Juga: KPK Ciduk Pegawai BPK  

Bhima mengatakan BUMN karya atau terkait infrastruktur mengalami kerugian akibat Erick tidak bisa mengerem pembuatan kereta cepat.

“Jadi, Menteri BUMN ini (Erick, red) seperti Yes Man, sudah tahu proyek dipaksakan, tetapi tidak berani untuk rem dan yang dikorbankan bukan hanya keuangan BUMN, tetapi APBN melalui risiko kontijensi,” ujarnya.

Bhima juga mempertanyakan strategi holding BUMN yang dilakukan Erick Thohir yang pada akhirnya membuat perusahaan pelat merah sektor semen juga terpuruk ketika infrastruktur marak.

Baca Juga: KSO PTPN IV Gagal Dongkrak Produktivitas di Regional 7 

Dari segala kekurangan tadi, Bhima menilai Erick tidak layak kembali masuk kabinet pemerintahan Prabowo periode 2024-2029. 

“Jadi, ada disconnecting antara ramainya pembangunan dengan BUMN semen, kemudian di holding farmasi kondisi tidak kalah buruknya. Anak usaha holding farmasi, Indofarma misalnya terjebak pinjol dan fraud,” ungkap Bhima. 

(berbagai sumber)

Berita Terkait

PTPN I Komitmen Bangun Ijen Lewat ...
Mendagri Tito Dorong Efisiensi Anggaran untuk ...
KPK: OTT di Bengkulu Terkait Pungutan ...
PERINTAH Kapolri Jenderal Listyo Sigit Geger ...